Cerita Becek Sampai Croot

Friday 6 September 2019

Dia Hanya Mau Menikah dengan Tentara, Polisi atau PNS Saja - IMCQQ

IMCQQ - "Aku cuma mau menikah kalau calonnya tentara atau polisi, kalau nggak ya bisa sama PNS tapi seenggaknya dia sudah mapan dan jabatannya lebih tinggi dari bapakku". Ucap seorang teman wanita yang kemudian membuatku seakan terjun ke bawah bumi melewati berbagai ruang dan waktu menuju ke dalam kegelapan kenyataan hidup yang baru dan begitu mengejutkan bagiku.

Beberapa tahun yang lalu aku punya kenalan baru, seorang wanita yang cantik dan sangat bersahabat. Kami berdua sering menghabiskan waktu bersama melalui obrolan di aplikasi chatting yang terbanyak digunakan saat ini. Yah, melalui WhatsApp, kami saling mengenal satu sama lain, bercanda bersama, curhat dan menceritakan apa saja yang membuat kami bisa ngobrol.

Sejak awal aku ingin menganggapnya sebagai teman saja, dia pun sama, karena nyatanya aku hanyalah seorang pedagang kecil dan dia adalah anak pejabat yang mirip putri kerajaan dalam sebuah dongeng. Aku hanya sebagai teman di masa kosongnya, ah bukan bukan, mungkin aku seperti sosok pegawai keluarga yang tugasnya hanya untuk menemaninya saja.

Sekian lama berhubungan melalui dunia maya, kami belum pernah bertemu satu sama lain. Aku hanya bisa melihatnya melalui foto yang dipajang di statusnya, dia pun sama. Aku tak berani mengajaknya bertemu dan sepertinya dia juga tidak punya keinginan sama sekali untuk bertemu denganku.

Dalam sebuah obrolan yang membahas tentang masa depan dan impian, aku mengatakan bahwa aku ingin menikah dengan sederhana, hidup sederhana dengan keluarga kecil dan bahagia sebagai orang yang sederhana dan membumi.


Lalu tanpa terlalu mengomentari keinginanku, dia kemudian mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan mewah, ada upacara pedang pora, ada tamu undangan yang berseragam, ada karangan bunga di luar gedung pernikahan dan tentu saja mempelai yang gagah dan tampan.

Dia meneruskan ceritanya, mengatakan bahwa dia ingin menikah dengan seorang tentara atau polisi atau setidaknya PNS yang sudah mapan di kantornya. Aku bertanya "kenapa harus membatasi jodoh dengan jabatan?" lalu dia hanya tertawa dan mengalihkan ceritanya itu. Mungkin dia sadar jika keinginannya itu memang sudah membatasi kekuasaan Tuhan dan bukan lagi sebuah harapan, tapi seakan memang memaksa Tuhan untuk memberikan jodoh sesuai keinginannya saja.

Sejak mendengar pengakuannya yang sangat bertentangan denganku, perlahan tapi pasti aku mulai menjauhinya dan tidak lagi sedekat seperti dahulu kala. Bukan hanya karena prinsip kami yang berbeda, namun entah kenapa aku seperti merasa sakit hati karena aku tidak akan masuk dalam kategori calon mempelainya.

Meski awalnya aku hanya ingin bermain di IMCQQ menjadi temannya, namun entah kenapa aku seakan jatuh cinta kepadanya. Dia adalah seorang wanita yang cantik, suka bebersih dan merawat diri, pandai bergaul dengan siapa saja, aktif dan sangat menarik. Pria mana yang tidak jatuh hati kepada wanita seperti itu?

Tapi setelah mengetahui prinsipnya yang begitu berbeda denganku, aku seperti seorang yang patah hati, bukan karena diputuskan, namun patah hati yang punya level paling menyakitkan. Aku adalah pengagum rahasia yang patah hati tanpa diketahui olehnya. Yah, aku hanyalah orang yang mencintai dalam diam, bahkan saat kami berhubungan melalui WA, aku menjadi sosok yang menyembunyikan perasaanku sendiri.

Tidak ada yang salah ketika kita menginginkan kategori calon jodoh kita, namun bukan berarti kita harus membatasinya juga, bukan? Tuhan maha berkuasa, Dia memberikan apa saja kepada makhluk-Nya sesuai keinginan-Nya, bukan begitu?



Cerita Cinta Di Zaman Modern (Sosmed, Gengsi dan Nafsu) IMCQQ

IMCQQ - Darno dan Darni adalah remaja modern yang memulai kisah cintanya dari perkenalan di FB, lanjut japri lewat inbox, menular ke sosmed lainnya seperti twitter, Instagram, Line, dan lebih intens saat di BBM serta WA. Tak berselang lama, setelah tawar-menawar ala anak muda dalam percintaan, mereka jadian dan resmi mengikat tali asmara sebagai sepasang kekasih.



Setalah resmi pacaran, mereka baru ketemu di dunia nyata, COD di alun-alun dengan raut muka malu-malu namun mau. Darno agak ilfill dengan sikap Darni yang acuh, seballiknya Darni ilfill karena tampang Darno yang berbeda dengan fotonya di sosmed. Namun setelah saling menerima kekurangan masing-masing, akhirnya keduanya lanjut makan di rumah makan lesehan yang menunya murah meriah.

Setelah kencan pertama itu, hubungan mereka makin lengket saja di sosmed, meski sebenarnya masing-masing masih gencar tebar pesona, entah dengan akun private-nya ataupun secara sembunyi-sembunyi. Meski masih resmi pacaran, Darni tengah dekat dengan cowok lainnya, dan tak beda jauh dengan Darno yang punya banyak channel wanita cantik yang intens berhubungan via japri.

Suatu ketika Darno mengajak Darni untuk kencan, namun Darni menolaknya dengan alasan dia mau belajar. Padahal sebenarnya dia sudah ada janji sama cowok lainnya, dan Darno tak kecewa dengan penolakan kekasih hatinya itu karena dia juga mau jalan sama cewek lain yang jadi serepnya.

Apesnya mereka ketemu di tempat yang sama, Darno dengan cewek lain dan Darni dengan cowok lainnya, dan Boom! terjadilah perang dunia ketiga yang melibatkan para sekutunya. Baik Darno maupun Darni saling menyalahkan dan membela dirinya sendiri, sedangkan cewek dan cowok serep tadi merasa sungguh kecewa karena mereka tengah dibohongi 2 orang yang sudah berpasangan.

Setelah kejadian itu, mereka berdua putus dan saling mengedepankan egonya masing-masing untuk membenarkan pendapatnya.

Darno dengan cepat mendapat pacar baru, dan Darni pun sama, dia jadian sama cowok lain yang katanya lebih keren dan lebih kaya dari mantannya yang dulu (Darno). Di awal hubungan barunya, mereka melakukan perang dingin seperti Amerika vs Uni Soviet di masa silam. Darno pamer sudah jalan sama cewek barunya, dan esoknya Darni pamer foto saat liburan sama pacar barunya, penonton dibuat bersorak riuh di media sosial, sementara sebagian lainnya acuh.

Hanya beberapa minggu saja, Darno putus sama pacar barunya karena alasan yang sama oleh orang yang sama, ketahuan selingkuh. Darni bersorak melihat mantannya menderita, padahal dia sedang diujung tanduk karena chat-chat yang dia sembunyikan ketahuan pacarnya, dan nasibnya juga sama naas-nya karena alasan klasik yang sama, ketahuan main di situs IMCQQ belakang.

Jadilah 2 sosok ini penghuni tetap di media sosial lagi, mereka mengisi hari-harinya yang galau dengan berbagai status bijak yang berisi kata-kata mutiara untuk menunjukkan dirinya kuat, tabah, dan pura-pura bahagia.




Lima Cerita: Desi Anwar Mengisahkan Perjalanan Menjadi Dewasa - IMCQQ

IMCQQ - Pendewasaan diri merupakan hal yang pasti hampir semua orang lalui. Proses tumbuh dari anak-anak, remaja, hingga dewasa merupakan proses yang cukup menyakitkan, banyak turbulensi, dan tantangan.



Lima Cerita merupakan novel fiksi yang terdiri dari lima cerpen berbeda. Desi Anwar, seorang jurnalis dan penyiar berita ternama merupakan penulis di balik buku ini. Melalui Lima Cerita, Desi menuangkan berbagai kisah yang mengiringi proses pendewasaan diri, tantangan, kehilangan, cinta, dan ketersesatan.

Buku dengan tebal 316 halaman ini memiliki karakternya masing-masing. Melalui buku ini pembaca dapat menyadari bahwa untuk dapat memahami dunia ini dan menghadapi realitas yang membingungkan. Desi juga mengatakan bahwa untuk menuju pendewasaan diri, seseorang haruslah merengkuh pergolakan batinnya terlebih dahulu, berdamai dengan kerapuhan diri sendiri, dan mengizinkan semesta untuk bekerja dengan cara yang tidak terduga.

“Buku ini diawali dengan ayah dan diakhiri dengan ibu. Lewat cerita-cerita inilah kita bisa mempelajari bagaimana rasanya kehilangan dan tumbuh untuk menerima apa yang ada dalam hidup,” ungkap Desi di acara pelucuran buku Lima Cerita di Aksara Book Store pada Sabtu (02/03/2019).

Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Lima Cerita merupakan versi bahasa Indonesia dari IMCQQ Pain yang ditulis oleh Desi dalam Bahasa Inggris. Buku ini kini tersebar di toko buku-toko buku seluruh Indonesia.


Thursday 18 April 2019

Cerita Becek Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol

Cerita Becek – Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh karena itu aku sering main ke tempat abangku di Jakarta.

Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Boneng. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Herry, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Lisa, duduk di kelas 2 SMP.

Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Boneng untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.

Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Boneng. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.



“Hallo, Oom Ryan..!” Lisa yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Lisa sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.

Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Lisa duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.
“Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Lisa sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Lisa.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
“Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Lisa di sekolah lebih serem.”

Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Lisa justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Lisa terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.

Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Lisa sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.

Setelah makanan siap, aku memanggil Lisa. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.

Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.

“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener.. Lisa pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
“Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”
Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!

Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Lisa mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

Nafas Lisa makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Lisa menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
Aahh..! Lisa menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!

Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Lisa yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Lisa. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya. Prediksi Bola

“Ehh.. mmaahh..,” tangan Lisa meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Lisa mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Lisa akan terlonjak dan nafas Lisa seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.

Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Lisa tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Lisa.

“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Lisa membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Lisa dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Lisa dan aroma kemaluan Lisa di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.

Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Lisa, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Lisa menekan pantatku dari belakang.

“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Lisa semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Lisa masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.

Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Lisa memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Lisa terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

Sebentar kemudian kernyit di dahi Lisa menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Lisa mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”

Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Lisa, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Lisa sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Lisa segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Lisa makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

Setelah tubuh Lisa melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Lisa tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

“Aduh, Oom.. Lisa lemes. Tapi enak banget.”
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Lisa yang masih amat kencang.

Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Lisa.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Lisa kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.

Kembali ke rumah Boneng, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Lisa pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.


Wednesday 17 April 2019

Cerita Becek Titipan Berhadiah Khusus

Cerita Becek – Namaku Evonny, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om David. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

Om David ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Vina, istri Om David ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om David yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.


Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om David yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
“Makasih, Bi.” jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om David. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om David yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Ooh..” pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om David menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

“Halo Karin, apa kabar kamu..?” sapa Om David hangat sambil memberikan sun di pipiku.
Aku pun balas sun dia walau kagok, “Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?”
“Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om David sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om David yang ketat itu mengeras.

“Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih.” balas Om David sambil memasang kimono di tubuhnya.
“Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om David dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu mau minum apa Rin..?” tanya Om David ketika kami sampai di dapur.
“Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
Sambil menunggu Om David menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
“Boleh kok Rin.” kata Om David sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om David pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” pekikku kaget, sedang kedua tangan Om David langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om David sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om David yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om David.
“Om.. udah Om..!” kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Kamu cantik, Karin..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om David kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om David, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om David turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om David dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om David juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om David pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om David memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om David mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om David sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om David bernafsu.
“Oom.. aah.. aah..!”
“Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘David’ aja ya, Rin. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om David pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh David.. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om David berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om David sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om David membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!”
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om David dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om David pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om David melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om David mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
“Aawww.. gede banget sih Rob..!” ujarku karena dari tadi Om David belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om David berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om David mengerang keenakan.
“Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

Om David tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om David semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om David yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

Kini posisiku membelakangi Om David dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om David maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om David mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

“Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om David serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om David yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om David di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om David, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.
Om David melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om David duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

“Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om David.
Om David hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om David yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om David yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om David sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
“Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
“Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.

“Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om David.
“Iya, makasih ya Karin sayang..” jawab Om David sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore.” elakku sambil melepaskan diri dari Om David.
Om David pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
“Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?”
Sambil menahan tawa aku pun berkata, “Iya Pak, dikasih ‘wejangan’ pula..”
Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..